Anak Sering Mendengkur, Waspadai Masalah Kesehatan yang Menyusul

aura.co.id | 20 Februari 2020 | 21:00 WIB

TABLOIDBINTANG.COM - Melihat wajah si kecil ketika terlelap, katanya seperti melihat surga. Momen itu berubah menjadi musibah saat ia mendengkur. Ketika anak mendengkur, ia mengalami sindrom henti napas obstruktif atau obstructive sleep apnea syndrome (OSAS). Sindrom ini disebabkan banyak faktor. Misalnya, pembengkakan adenoid atau kelenjar sejenis amandel, tonsil alias amandel, dan lidah. Pembengkakan lidah biasanya terjadi pada anak yang mengalami sindrom Down. Faktor pemicu lainnya, lemak yang menumpuk di sekitar leher. Ini biasanya terjadi pada anak obesitas.

Henti Napas dan Kekurangan Oksigen

Spesialis anak  dr. Abdullah Reza, SpA mengatakan, mendengkur bisa juga disebabkan bentuk rahang kecil dan leher pendek. Ibu harus waspada jika buah hati mendengkur. Mendengkur, kata Abdullah, ada dua jenis, yakni mendengkur occasional (periodik) dan mendengkur habitual (terus-menerus).

“Dikatakan periodik jika mendengkur terjadi karena kelelahan atau flu. Itu enggak usah dipikirkan. Jika mendengkur terus-menerus, ibu patut curiga anak mengidap OSAS. Jenis yang terus-menerus ditandai dengan mendengkur sebanyak 3 episode atau lebih dalam seminggu. Misalnya, Senin si kecil mendengkur, Selasa mendengkur, lalu Rabu dan Kamis mendengkur lagi. Artinya, ia berisiko besar terkena OSAS,” beri tahu Abdullah.

OSAS dibagi tiga: ringan, sedang, dan berat. Disebut ringan, jika mendengkur 1 sampai 5 kali episode dalam sejam. Dikatakan sedang, jika dengkuran terjadi 5 sampai 10 kali selama sejam. Dinyatakan berat jika lebih dari 10 kali dalam sejam. Untuk memastikan derajat keparahannya, bawalah si kecil ke rumah sakit untuk diperiksa menggunakan polisomnografi. Alat ini berfungsi merekam suara dengkuran, gelombang otak, dan ritme pernapasan.

Hasil rekaman kemudian dianalisis dokter spesialis. Sayangnya, tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki alat ini. Abdullah meminta para ibu tidak menyepelekan dengkuran si kecil. Dampak jangka panjang OSAS ternyata mengerikan. Saat terjadi henti napas, pasokan oksigen ke seluruh tubuh si kecil berkurang (hipoksia) dan mengganggu kinerja sejumlah organ vital.

“Jika pasokan oksigen ke otak berkurang, tumbuh kembang si kecil terganggu. Ia rentan mengalami gangguan hormon. Jika jantung kekurangan oksigen, memicu terjadinya penyakit jantung. Hati dan pankreas yang kekurangan oksigen, membuat si kecil berisiko mengidap diabetes melitus. Hipoksia atau kekurangan oksigen juga menurunkan kinerja ginjal. Akibatnya, anak lebih sering mengompol,” Abudullah menyambung.

Amandel Haruskah Diangkat?

Penelitian yang dilakukan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Dr. dr. Bambang Supriyanto SpA(K) pada 2008, menyebut, karena mendengkur, si kecil lebih sering mengantuk di kelas. Ini berdampak buruk pada performa anak khususnya pada pelajaran matematika, bahasa, dan sains. Nilai mereka di tiga pelajaran ini menurun 10 sampai 20 poin.

“Saya membantu Prof. Bambang pada penelitian itu. Kami menemukan anak kelas 4 SD dengan bobot 130 kg. Dalam sejam, ia mendengkur sebanyak 45 kali. Ini berbahaya,” urai dia. Saat memergoki si kecil mendengkur, ibu diminta memperhatikan ritme dan karakter dengkurannya. “Jika ada jeda panjang henti napas lalu si kecil gelagapan, itu disebut arousal. Dan jika lebih dari 3 episode dalam sepekan, segeralah menemui dokter untuk mencari solusinya,” Abdullah mengingatkan.

Jika penyebab si kecil mendengkur adalah pembengkakan amandel, maka itu harus diangkat. Jangan takut anak tidak punya amandel. Takutlah jika buah hati Anda kekurangan oksigen. Banyak ibu khawatir, jika tak punya amandel, si kecil gampang sakit-sakitan. Abdullah memahami kekhawatiran para ibu mengingat amandel berperan penting dalam menunjang daya tahan tubuh.

“Amandel ibarat salah satu markas besar pasukan pengamanan sebuah negara. Mereka berbasis di dekat saluran pernapasan. Amandel membentuk antibodi dan sel pertahanan tubuh untuk melawan infeksi maupun peradangan di sekitar gigi, mulut, serta saluran pernapasan. Kalau dia membesar dan menyebabkan mendengkur, artinya, mudarat lebih besar daripada manfaat. Angkat saja, enggak masalah,” Abdullah mengakhiri perbincangan.

Penulis : aura.co.id
Editor: aura.co.id
Berita Terkait